Review Buku: Manusia Indonesia(Mochtar Lubis)




Judul: Manusia Indonesia
Jenis Buku: Analisa/Pidato
Penulis: Mochtar Lubis
Tempat: Jakarta
Penerbit: Yayasan Obor Indonesia
Edisi: Edisi 1 Cetakan 5
Tahun: 1978
Halaman: vii+140
Harga: Rp. 28.000,-
ISBN: 9789764618189

Buku "Manusia Indonesia" yang ditulis oleh Mochtar Lubis ini sebenarnya merupakan isi dari ceramahnya pada tanggal 6 April 1997 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Secara garis besar, ceramah yang ia sampaikan mengenai sifat negatif orang Indonesia. Gaya dan sikap yang terus terang dalam penyampaiannya membuat bangkitnya pemikiran kritis tentang manusia Indonesia yang juga menuai pro dan kontra.

Bila diusut lebih lanjut, memang kita tidak bisa melihat mana manusia Indonesia yang dimaksud, mengingat bangsa Indonesia merupakat masyarakat majemuk. Berbeda-beda agama, keyakinan, ras, dan daerah.

Sebelum menuju isi buku, Mochtar Lubis sedikit memberikan intro yang berkesan sindiran akan cerminan bangsa Indonesia. Dalam penyempaiannya dikemas layaknya dua orang yang bercakap-cakap akan suatu topik.

Tanggapan Moctar Lubis atas manusia Indonedia ini dipaparkan dalam enam sifat, yaitu:

  1. Munafik atau hipokrit, yang di antaranya menampilkan dan menyuburkan  sikap ABS, asal bapak senang.
  2. Enggan dan segan bertanggung jawab atas perbuatannya.
  3. Bersikap dan berperilaku feodal.
  4. Percaya takhayul.
  5. Artistik, berbakat seni.
  6. Lemah watak atau karakternya.

Ciri pertama yang ia jelaskan adalah mengenai sikap orang Indonesia yang munafik atau berpura-pura, lain di muka, lain di belakang. Seperti yang ditulis di paragraf tiga, dimana kita sering mengecam seks bebas, majalah dewasa, dan gambar menurut kita tidak layak dipublikasikan. Tapi, dari sisi lain malah banyak tempat pijit, prostitusi, dan melindunginya.

Ciri kedua yang enggan bertanggung jawab ini sering dilontarkan dengan ucapan"Bukan saya." Perkataan tersebut berkesan bahwa mereka cepat memajukan pembelaan ketika bersalah dan tidak mau disalahkan.

Ciri ketiga adalah jiwa feodalisme yang bisa kita lihat dari tatacara upacara resmi kenegaraan, dalam hubungan organisasi kepegawaian, terutama banyak istri pegawai misalnya komandan, secara otomatis menjadi ketua. Pilihan tersebut bukan berdasar kecakapan atau vakat, pengetahuan, pengalaman, perhatian, maupun pengabdiannya.

Ciri keempat, masih percayanya bangsa kita dengan takhyul. Seperti dalam menentukan hari pernikahan yang menggunakan hari baik, hari buruk, atau pertanda.

Ciri kelima marupakan jiwa manusia Indonesia yang artistik. Dari musik, pakaian, pahatan, tarian, dan patung yang diboyong sampai ke eropa untuk dipajang di museum. Ini disebabkan akan dekatnya jiwa mereka dengan alam, naluri, perasaan yang sensual, dan semuanya mengembangkan daya artistik yang kuat.

Ciri keenam manusia Indonesia memiliki watak yang lemah atau karakter yang kurang kuat. Apalagi jika dipaksa dan diberi iming-iming.

Lalu bagian lainnya merupakan pemaparan dari bagaimana kondisi manusia Indonesia. Dan pada bagian akhir diisi dengan tanggapan-tanggapan beberapa orang mengenai ceramah dari Mochtar Lubis serta timbal baliknya.

Dari gaya bahasanya buku ini cukup mudah untuk dipahami, tidak terlalu muluk dalam penulisannya, dan menggunakan bahasa yang mudah dicerna. Karena isi dari buku ini merupakan konversi dari ceramah Mochtar Lubis sebelumnya. Sehingga meski dibaca oleh kalangan dengan masyarakat berpendidikan rendah atau masyarakat awam.

Kesimpulannya, karya ini sangat direkomendasikan agar kita tahu dan bisa menyadari bagaimana sikap bangsa Indonesia dari sisi lain.

0 komentar:

Posting Komentar